Mahasiswa-mahasiswa semester 6, 7 dan 8 (serta selanjutnya) yang sudah waktunya mengambil skripsi atau mulai menyiapkan diri untuk skripsi sejak awal semester sudah mulai menggelisahkan diri dengan mencari judul skripsi. Masing-masing punya caranya sendiri. Bagi yang masih mempersiapkan diri untuk mengajukan judul saja tanpa skripsi mungkin merasa waktu berpikir masih cukup lega hingga dapat mengorek ide dari berbagai sumber. Lain halnya yang sudah tak punya matakuliah lain kecuali skripsi dan belum punya judul sama sekali, tekanan psikis lebih besar.
Jun 05, 2013 Skripsi Lengkap Kedokteran Skripsi Lengkap Keperawatan. Handphone, pulsa dan asesoris. Mudah digunakan, berbahasa Indonesia dan laporannya bisa di transfer ke microsoft excel office. Software ini full version (bukan trial), bisa anda dapatkan dan GRATIS. Dapatkan banyak Contoh Skripsi Sistem Informasi PDF lengkap juga format. JURNAL: jurnal kedokteran demam tifoid Jurnal Manajemen manajemen operasional jurnal manajemen operasi jurnal manajemen strategis jurnal manajemen strategi.pdf jurnal manajemen strategis.pdf jurnal manajemen kualitas jurnal manajemen swot.pdf jurnal manajemen keuangan jurnal manajemen pemasaran jurnal manajemen sdm jurnal.
Ini menghasilkan kegiatan yang srudak-sruduk, kadang-kadang. Kala membaca, kegiatan yang tidak biasa bagi mereka, sudah amat melelahkan dan buat stress, maka dosen-dosennya adalah tujuan berikutnya untuk ditanyai: Pak, punya judul skripsi? Bu, minta judul skripsi donk? Makin banyak bertanya mereka kadang malah makin bingung akhirnya tak tahu lagi hendak kemana. Sementara itu sebenarnya judul skripsi tersebar banyak menunggu untuk diolah, hanya saja apakah itu judul atau topik yang sesuai dengan bidang minatnya atau tidak.
Setiap mahasiswa yang menjalani skripsi, salah satu tugas mereka di akhir bab, selain membuat kesimpulan, mereka juga harus menemukan saran. Saran yang mereka sajikan selayaknya adalah lanjutan skripsi dari yang mereka buat. Sekalipun kadang mereka tidak berhasil memberikan saran yang layak, mereka sudah memberikan saran yang berkaitan dengan judul mereka.
Bagian inilah sering kali diabaikan oleh sebagian besar mahasiswa, entah karena tahu tapi tidak mengerti, tidak tahu atau tidak mengerti. Bab 1 atau Bab Pendahuluan adalah bab yang menjelaskan masalah yang menjadi fokus penelitian, batasan penelitian, metod e dan studi kasus.
Bab ini membantu untuk verifikasi jika ada ide -ide yang mungkin mirip. Bab 5 menyajikan kesimpulan dan saran. Saran berharga karena ada ide penelitian yang mungkin dapat dilakukan oleh pembacanya.
Daftar pustaka membantu pengguna untuk mendapatkan sumber informasi yang digunakan oleh pembuat skripsi. Jika mirip atau sama maka tidak perlu sulit untuk mendapatkan daftar pustaka. Koleksi skripsi ini dapetnya dari download di internet, minta skripsi temen, nyari2 di file rental komputer di seputaran kampus ^^ dan beli.
Nah daripada sobat download di internet tapi dapetnya blm tentu memuaskan pengalaman kalo download bab IV nya gak ada, gak niat banget nih yang nge-upload. Hehe, belum lagi godaan untuk fb ato twitteran. Minta sama temen?
apa dikasih??, nyari2 di rental komputer? bisa-bisa mirip sama temen satu jurusan di kampus skripsinya. Mendingan beli deh sama saya ^^ cuma 100ribu doang sudah gratis ongkos kirim ke seluruh nusantara. Ngerjain skripsi itu bikin capek, stres, emosi labil, bahkan kalo gak kuat mental bisa mengalami gangguan kejiwaan. Bayangin aja sob, keluar-masuk perpustakaan bisa sehari 3 kali, keluar-masuk warnet bisa seharian, telp ato sms buat ngehubungin orang2 yang berkaitan dengan skripsi sobat bisa abis ratusan rebu.
Belum lagi yang paling mengerikan yaitu mengetik pake 11 jari. Soalnya saya juga begitu waktu mo nebus sarjana matematika saya di Universitas Negeri di Propinsi saya, xixi. Nah sekarang perhatiin deh, Kalo sobat mo jual Rp 20.000/judul jadinya 5500 x Rp 20.000 = Rp 110.000.000. Itu kalo jualnya Rp 20.000/judul, kalo sobat mo jual Rp 50.000/judul, Rp 100.000/judul, Rp 200.000/judulterserah sobat, hasil penjualannya kaliin sendiri ya.
Gimana gak mahal kan harga dari saya.^^.
Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Perhatian terhadap ibu dalam sebuah keluarga perlu mendapat perhatian khusus karena Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi di antara negara-negara Association South East Asian Nation (ASEAN). Dimana AKI saat melahirkan tahun 2005 tercatat 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup (Azrul Azwar, 2005). Menurut Survei Penduduk (SP) dan Survei Sosial Tingkat Nasional (Susenas) tahun 2000 dalam profil dinas kesehatan (Dinkes) Propinsi Lampung 2005, AKI di Propinsi Lampung sebesar lebih dari 307 kasus per 100.000 kelahiran hidup.
Untuk tahun berikutnya AKI di Propinsi Lampung mengalami penurunan, yakni sebesar 53 kasus per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003 dan 88 kasus per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 dan 2005. Di Propinsi Lampung, khususnya Kabupaten Lampung Selatan merupakan kabupaten dengan jumlah AKI terbanyak yaitu 147 kasus per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Kota Bandar Lampung menempati peringkat ke-4 dengan jumlah 85 kasus per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Propinsi Lampung, 2005). Upaya menurunkan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”, dimana salah satunya yaitu akses terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu. Petugas kesehatan seyogyanya dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat kehamilan yang buruk, dan perdarahan selama kehamilan. Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori penyebab mendasar, seperti taraf pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil yang masih rendah, serta melewati pentingnya pemeriksaan kehamilan dengan melihat angka kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) yang masih kurang dari standar acuan nasional (Prawirohardjo, 2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang standar pelayanan kesehatan minimal di bidang kesehatan di kabupaten atau kota khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan target tahun 2010: berupa cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4.
K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan Kl di bawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah, yang mungkin disebabkan oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya K1 menunjukkan bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan.
Sedangkan K4: Kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal 1 kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah 60% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan kualitas pelayanan antenatal yang belum memadai. Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetric.
![Contoh skripsi pdf Contoh skripsi pdf](/uploads/1/2/5/3/125352477/816132544.jpg)
Dari studi pendahuluan berdasarkan profil kesehatan Propinsi Lampung tahun 2005 didapatkan pencapaian cakupan K4 untuk Propinsi Lampung sebesar 83%, sedangkan targetnya 86%, untuk Kota Bandar Lampung pencapaian cakupan K4 sebesar 82% dan targetnya sebesar 78%, dan pencapaian cakupan untuk Puskesmas Kedaton K4 sebesar 84% dengan target K4 sebesar 90%. Dengan demikian target untuk cakupan K4 di Puskesmas Kedaton masih belum tercapai (Dinkes Propinsi Lampung dan Dinkes Kota Bandar Lampung, 2005).
Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku. Menurut Lawrence Green, faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku ada 3 yaitu: faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Yang termasuk faktor predisposisi diantaranya: pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan nilai. Sedangkan yang termasuk faktor pendukung adalah ketersediaan sarana-sarana kesehatan, dan yang terakhir yang termasuk faktor pendorong adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap – tahap, yakni melalui proses perubahan: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), praktik (practice) atau ”KAP”. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (K-A-P), bahkan di dalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya.
Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif (Notoatmodjo, 2003).